21 April 2012

Cerita Siaran II

Hari Sabtu kelabu, bukan karena ada sesuatu yang menyedihkan tapi karena cuaca emang mendung.. Menunggu saat-saat penuh keberkahan ketika hujan jatuh ke bumi diiringi jutaan malaikat yang meng"amin"kan setiap bait do'a yang dipanjatkan pada-Nya... I love when it rain.. Rasanya syahdu menyentuh kalbu...
Ahaha, pagi-pagi sudah rajin merangkai kata penuh makna... Mimpi apa ya semalem??? Hi hi..

Pengen melanjutkan cerita tertunda soal siaran.. Dah lah judul ada part I, berarti ada part II dan seterusnya dong..

Jadi, setelah lulus kuliah di Unmul tahun 2003. Sempat berusaha cari kerjaan, melamar sana-sini. Tapi, emang susah dapet kerjaan yang bagus, padahal sarjana (walaopun D3) apalagi yang cuma lulusan SMU (Sigh..). Sambil sibuk berusaha, siaran di PARAS tetap dijalani. Pendapatan yang kecil, diusahakan cukup untuk kebutuhan selama sebulan. Maluuuu kalo mesti minta lagi sama Nyak-Babe :(

Sekitar tahun 2006, Big Boss nawarin ikutan di proyek pembuatan "Radio Safety" sama sebuah perusahaan tambang batu bara yang lumayan besar di daerah Bontang.  Akan dibangun kerja sama pendirian sebuah stasiun radio yang beroperasi 24 jam untuk menemani aktifitas karyawan yang bekerja di kawasan pertambangan dengan memuat banyak informasi tentang keselamatan kerja.

Gaji yang ditawarkan cukup "menggiurkan" dan masih ditambah kebutuhan makan dan akomodasi yang full ditanggung oleh perusahaan tambang batu bara tersebut. Dengan catatan mesti tinggal di site, dalem utan tuuuuu... Well, ga punya pilihan selain mencoba gimana rasanya bekerja dalam kawasan tambang batu bara yang memang lagi hot-hotnya berkembang di kawasan Kalimantan..

Mess sekaligus studio.
Ada 2 pintu di depan tangga sebelah kiri tu kan, nah kamar tempat daku tinggal dulu yang sebelah kanan. Kamar sebelahnya untuk para cowok. Satu kamar bisa muat 4 orang. Tapi waktu disana, cewek cuma ada 2 orang, jadi lumayan lega dan nyaman lah...

Menjadi orang kepercayaan Big Boss untuk pegang jabatan sebagai Kepala Siaran, mengakibatkan daku mendapatkan pengalaman baru untuk menghandle sebuah stasiun radio. Secara, boss stay di  Samarinda dan sesekali aja pas weekend dateng mengunjungi anak buahnya di hutan rimba. Lumayan ribet karena masing-masing kru punya kepala yang beda-beda juga isinya. Bener-bener pengalaman berharga semua yang terjadi di Kawasan Puncak Bukit 2000 termasuk kesempatan ketemu rombongan Mr. Bro alias Beruk dan sempat juga liat Orang Utan, meskipun dari kejauhan. 

Formasi pertama kru plus additional 1 cewe lagi, 
karena daku dan Melly udah ga tahan menghadapi histeria penggemar....

Sempat terlintas juga, betapa jahatnya manusia yang merusak hutan habitat para hewan yang tinggal di sana, dan daku termasuk di dalamnya, turut andil menyakiti mereka, huhu... Kawasan hutan yang damai diobrak-abrik untuk mencari si "emas hitam", huaaaaaaaaa, sedihhhhh...

Inilah view yang tersedia di depan mess.
Sejauh mata memandang hanya ada hutan, pepohonan yang beruntung karena dibawah tanahnya tidak terdeteksi ada batu bara.

ok, ini cerita soal siaran, kembali ke main topic..

Tinggal di dalem mess awalnya hepi banget karena mau makan tinggal pergi ke kantin, mau tidur kamar pun sejuuuk karena full ac. Sedap lah pokoknya, tapi kesudahannya setelah beberapa bulan mulai bosan dong.. Jadi inget pepatah "bagai di sangkar emas" walopun mewah dan nyaman tetap lebih bahagia kalau bebas, eh nyambung ga pepatahnya nihhh??? Blur eike, ngetik sambil di-huruhara sama Dinar... :P

Setiap hari Rabu dan Sabtu ada jemputan bis yang nganterin siapa aja yang mau jalan-jalan ke kota Bontang. Disebut Bis Pesiar, buat karyawan pelesiran ngabisin duit, hehe.. Jadilah, setiap hari tersebut menjelang maghrib kita udah dandan cantik mau keluar utan. Tujuan populer adalah Koperasi PKT yang ada semacem Food Court dan swalayan-nya, Bontang Plaza yang merupakan miniatur plaza yang umumnya ada di perkotaan, kecil dan ga banyak tokonya, ada juga kawasan HOP yang punya Pujasera (Pusat Jajanan Serba Ada) padahal bo'ong, karena ga semua ada di situ, wkwkwkwk..


Ga banyak foto yang diambil waktu kerja di MPs FM karena...ga kepikiran... He he... Beberapa yang ada ini ada juga yang diambil pas ada Dani, salah satu kru PARAS yang kita minta bantu-bantu pas ada event, kru ga sanggup dan kewalahan dengan program saat Ramadhan yang full schedule karena ada acara liputan ke lokasi tambang pas menjelang sahur. 

Radio Mitra Persada (MPs) FM memang mengudara 24 jam, as i said before.. Jadi jadwal siaran pun diatur sedemikian rupa untuk mengisi "ruang" waktu. Nasib para perempuan yang harus menjalani siaran tengah malem buta antara jam 2-5 pagi, dengan alasan biar yang kerja di lapangan jadi semangat denger suara bening. Ahaks! Bening ceritanya...

Bergantian setiap seminggu daku dan Melly bergantian siaran dengan menu utama, Lagu Dangduuuutttt.. Agak jadi kontradiksi karena di PARAS kami ga kenal dan ga paham soal musik melayu tersebut karena emang ga tayang di sana. 

Kalo kena giliran, daku akan tidur dulu sekitar jam 10-an malem dan sekitar setengah jam sebelum siaran sudah harus bangun, perlu waktu untuk "mengumpulkan nyawa" dan pemanasan suara, karena klo ga, vokal kedengaran banget baru bangun tidur... Baru bisa melanjutkan tidur setelah jam 6, saat penyiar berikutnya siap melanjutkan tugas negara. Sesi satu jam setelah siaran dangdut akan diisi lagu-lagu Islami dan  selingan (lagi-lagi) dangdut.

Setelah leyeh-leyeh sambil sarapan, eh laper loh siaran subuh itu, jadi abis siaran daku biasanya langsung ngibrit ke kantin. Kadang minta bungkusin roti panggang tapi ga jarang juga langsung hajar makan nasi. Balik ke mess, langsung tidurrrrr ga inget dunia dan baru bangun menjelang jam makan siang. Sadis!! Gaya hidup sangat tidak sehat... 

Tapi, sesekali ada urusan yang bikin daku cuma bisa tidur sebentar, jadi sambil "melayang" mandi dan siap-siap kerja, kaki seperti ga napak di bumi eh.. Jadi, daku sangat memahami kalo si Ayah abis masuk shift malem, sebisa mungkin ga mengganggu istirahatnya, karena kerja malam itu sangat amat melelahkan karena melawan jam biologis tubuh, dimana seseorang harusnya tidur malah bangun dan bekerja...

Eniwei, pengalaman setahun di MPs itu menyenangkan sekaligus menyebalkan. Menyenangkan karena daku bisa mendapatkan segala fasilitas yang nyaman, kenal baik dengan karyawan di up-middle level di kantor,  sukses melihat langsung aktifitas pertambangan dan masuk ke wilayah-wilayah terlarang seperti Gudang Bahan Peledak (untuk keperluan Blasting), ke celah tempat yang bahkan pekerja pertambangan yang beneran aja ga pernah masuk, karena departemen yang terpisah biasanya ruang dan wilayah kerja juga berbeda, daku dong bisa sampe ngeliat conveyor yang "mengantarkan" batu bara ke kapal tongkang, siap untuk diantarkan ke buyer. Sayang, foto ga ada sebijik pun, (lemessss...). Oya,  daku juga jadi hapal sama istilah pertambangan dan kalo pas ngobrol sama temen-temen suami, jadi bisa nyambung dikit-dikit deh...

Menyebalkan, karena ter-bully secara mental oleh seorang kru. Haisshh, maleslah inget-inget lagi.. Tapi, kalo ingat, otomatis meringis karena sebel setengah mati...
Saat ini, kru MPs sudah ga ada yang daku kenal, kecuali Mba Dhea yang sempat bergabung, saat daku masih bertugas di sana.

Miss you, Mba Dhea...

Overall, walaupun menyenangkan sampai akhirnya ketemu sang belahan jiwa saat bekerja di MPs, tapi aktifitas siaran sudah kehilangan daya tariknya di mataku. I don't know why and when, tau-tau udah ga pengen aja siaran lagi, walaupun Big Boss sempat nawarin untuk proyek yang sama di site lain. So, radio safety ini so far sudah bertambah di 3 site lain, Bahana FM di Sengata, Persada FM di Tenggarong Seberang, sama ada satu lagi, tapi daku ga tau nama stasiunnya, di Melak. Sibuklah, my Big Boss merekrut penyiar radio yang memenuhi standar beliau, bahkan beberapa ada yang diimpor dari pulau Jawa. 

Ga kangen siaran, tapi kepikiran pengen juga kalo ada kesempatan dateng ke MPs lagi. Sekedar nostalgila eh nostalgia....

0 komentar:

Our Wedding

Our Adorable Princess