24 April 2012

Pregnancy Stories Part II

Selamat pagi dunia... 
Semoga damai dan keberkahan selalu dianugerahkan oleh-Nya untuk kita semua, amin...

Pengen melanjutkan cerita tentang karunia terindah yang diberikan oleh Allah SWT kepada seorang perempuan yang telah menikah. Merasakan denyut kehidupan yang berdetak semakin kencang dari hari ke hari di dalam tubuh ini adalah pengalaman luar biasa bagi daku.. 9 bulan bukan waktu yang sebentar untuk menikmati masa kehamilan. Tidak selalu mudah dan indah tapi hampir pasti akan berakhir bahagia.

Dinar, kalau suatu hari nanti dikau membaca cerita ini, percayalah bahwa Ibu sungguh ikhlas merasakan semua pengalaman selama mengandung dan membesarkanmu. Menikmati setiap detik rasa mual dan kuatnya gerakanmu di dalam rongga perut Ibu yang semakin hari semakin bulat membesar. Sampai-sampai, Ibu ga bisa duduk tegak karena terganjal Dinar yang "numpang" ngetem di perut.

Berjanjilah untuk menjadi anak yang baik, manis dan menyenangkan karena cuma itu yang Ibu mau, terserah nanti Dinar bagaimana menjalani hidup tapi berjanjilah untuk tidak menyakiti hati Ayah dan Ibu. 

Susah payah Ibu menjaga Dinar setiap hari dan penat lelah Ayah bekerja untuk memenuhi kebutuhan Dinar, setitik pun bukan untuk dibalas dengan kata-kata kasar dan perlakuan yang tidak pantas. Kami berdua adalah orangtua yang akan berjuang sampai menutup mata demi melihat Dinar bahagia, sedikitpun tidak mengharapkan balasan materi atau harta. Cukup dengan menjadi anak yang bisa bertanggung jawab untuk diri sendiri, itu sudah memadai. 

Adeuuuuhhh, ngetik sambil bercucuran air mata inih.. Terbawa suasana banget..

Back to the memories...
Berawal dari setitik air, Allah jadikan segumpal darah dan kemudian tumbuh berkembang menjadi  janin yang sehat. USG yang di kanan atas, itu adalah pertama kali check ke dokter dan disahkan hamil walaupun belum terlihat apa-apa, hanya ada kantong kehamilan. Berikutnya setiap sebulan sekali daku dan suami akan check keadaan kandungan ke salah satu rumah sakit di Sengata. Naik motor doang menempuh rute "offroad" Bengalon-Sengata sekitar 45 menit perjalanan. Maklum, di Bengalon ga ada dokter kandungan dan ga ada mesin USG, sementara emak kan heboh mau liat penampakan baby yang sebenernya ga jelas terlihat apanya, tapi tetep heboh aja mau "nonton", ha ha..

Bulan berikutnya kalau suami cuti, maka pergilah kami liburan ke Samarinda. Sambil menahan mual yang tambah berkali-kali lipat karena numpang mobil travel yang supirnya bercita-cita jadi kaya' Michael Schumacher, emak tetap kukuh untuk berangkat karena berharap bisa menajajal makanan yang selama beberapa waktu cuma ada di angan-angan.. Sebuah cita-cita yang harus kandas karena perut ini belum bisa menerima makanan-makanan tersebut, perjalanan dari rumah ke Lembuswana Mal aja adalah penyiksaan tersendiri karena sepanjang jalan kok banyak banget yang jualan nasi goreng dan sate. Alamak, baunya..!! Hanya membutuhkan beberapa detik untuk mengeluarkan kembali beberapa suap cemilan yang telah susah payah dimakan..


Foto USG saat Dinar masih berumur sekitar 4 bulan di dalam rahim. Masih gonta-ganti dokter, kadang di RS. Haji Darjat dan kadang di RS. Dirgahayu. Ga ada yang ganteng sreg di hati... Ibu hamil kan cerewet, he he...

USG terakhir, hanya 2 hari sebelum Dinar lahir. Sejak bulan ke 6, akhirnya emak cucok sama dr. Handy SPOG yang praktek di daerah Antasari. Kalau pas ke Samarinda, kontrolnya ya ke beliau.. Dinar lahir pun dibantu oleh beliau..

Oya, barusan inget kalo lagi ada di Samarinda, pas hamil waktu itu kok jadi hobi banget sama yang namanya Bakso. Biasanya beli di Bakwan Bintang Malang di Jl. DR. Sutomo. Masya Allah, nikmatnya kuah bakso yang masih mengepulkan uap panasnya, ampuh menghilangkan rasa mual... Sambil komat-kamit baca doa, semoga ga ngefek ke baby, tau sendiri kalo makanan yang dijual itu kita ga sure soal kebersihannya, belum lagi soal penyedapnya yang kadang berlebihan.. Alhamdulillah, Dinar lahir sehat...



Dinar kalo liat foto ini, bilang " gendut peyut ibunya, ada adek di peyut ibu.." He he.. Belum "ngeh" dia, apa yang sebenarnya terjadi....

0 komentar:

Our Wedding

Our Adorable Princess